Di satu subforum Reddit : collecting book is the best hobby because youre collecting the greatest achievement of mans capability of thought. Menurutku ini tidak hanya berlaku untuk buku, tapi juga musik dan film. Membaca quote ini membuatku sedikit lega karena selain makan, pos pengeluaran bulanan terbesarku adalah untuk membeli musik, film dan buku. Menghabiskan uang untuk membeli pencapaian berfikir manusia terdengar sangat justifiable bukan ?
Weekend kemarin aku membeli dokumenter Berdansa Bersama Shaggydog (BBS) keluaran Demajors di 347. Semacam sindrom, susah sekali untuk tidak membeli sesuatu ketika keluar dari toko yang menjual musik, buku atau film. Apalagi ini dokumenter band, dua elemen musik dan film dalam satu produk. Dua kali lipat godaannya.
BBS menceritakan perjalanan band jogja yang terkenal dengan lagu lagu feel good ska ini dari mulai meniti karir di festival musik underground di Jogjakarta, mulai naik daun ketika Indonesia dilanda demam SKA di awal 2000an dan bertahan ketika gelombang SKA surut sampai mereka berhasil tour keliling eropa.
Tidak plot utama dari dokumenter ini, footage footage disusun mengalir secara kronologis. Yang menarik , BBS menggambarkan kesederhanaan personil band yang jauh dari kesan extravagant ala MTV Cribs atau artis artis infotainment. Yoyok sang drummer yang konsisten berbahasa jawa dengan logat jogja kental, Bandizt yang membuka toko kelontong kecil dan sang frontman Heru yang bercerita suatu waktu mereka makan di warteg murah bersama tukang bangunan. Konsekuensi logis mungkin dari pilihan bermusik di genre yang niche, independen pula (ShaggyDog pada akhirnya menerima pinangan label mayor).
Kesederhanaan ini juga nampak dari kualitas gambar dan suara dvd ini. Well yang ini sarkastik sih. Footage video di BBS direkam di resolusi rendah sehingga beberapa scene terlihat gelap dan kurang jelas. Audio juga sering pecah, terutama di video live perfomance. Sungguh disayangkan, padahal dokumenter ini dibuat selama 5 tahun.
Berdansa bersama ShaggyDog (BBS) merupakan dokumenter band lokal ketiga yang aku beli , setelah Seringai : Generasi Menolak Tua dan Burgerkill : We Will Bleed. Urutan ketiga juga kalau diurutkan dari mana yang paling bagus. Bukan berarti tidak layak beli ya. Dokumenter band lokal masih jarang sekali, isinya juga menghibur eventhough youre not a fans. Must buy item, bisa ditebus dengan harga setara secangkir kopi starbaks.
Bocah bocah kuwi ngomonge “fuck major label” tapi mulih ngomah tur madhang. Lah awak dewe ki mulih disuguhi tagihan
Yoyok, Berdansa Bersama Shaggydog 2013
Kiki Ahmadi's Blog 