TIL #2 : No Code

TIL adalah singkatan dari Today I Learned. Di sini gue menulis penjelasan singkat istilah baru seputar startup, teknologi dan fintech. Nama TIL terinspirasi dari subforum reddit . Semua edisi TIL bisa dibaca di link berikut.

TIL edisi minggu ini membahas tentang tren demokratisasi pengembangan perangkat lunak untuk kamu-kamu yang tidak kuliah informatika : no code.

Illustrasi kegiatan koding. Photo by Kevin Ku on Unsplash

Gue punya teman sesama Indonesia di Manchester dulu bernama Derian. Kami beberapa kali mengobrol tentang ide startup. Derian punya ambisi untuk memulai startup teknologi setelah pulang ke Indonesia. Dia punya beberapa ide aplikasi dan bisnis yang ingin di explore tapi selalu mentok karena tidak punya skill koding untuk membuat prototipe. Derian butuh co-founder teknikal tetapi tentunya ini tidak mudah,

Jika kamu punya permasalahan yang senada dengan Derian, kamu perlu meriset sebuah tren teknologi yang sedang hype bernama no code.

No Code adalah sekumpulan platform atau tools yang memungkinkan user membuat aplikasi mobile, web maupun desktop tanpa koding sama sekali. Beberapa tools no-code yang sedang populer :

  • Glide – Tools untuk membuat aplikasi mobile menggunakan database Google Sheet.
  • Carrd – Membuat website satu halaman yang mobile-friendly. Cocok untuk landing page atau form pendaftaran yang estetik.
  • Bubble & Webflow – Membuat aplikasi web kompleks seperti marketplace
  • Unqork – Spesifik untuk membuat aplikasi enterprise, seperti RP
  • AirTable – Spreadsheet yang juga berfungsi sebagai database online
  • Zapier – Tools untuk membuat integrasi dan interkoneksi antar aplikasi. Bayangkan seperti mendesain API atau middleware dengan sederhana.

Sebentar, ini bukan hal yang baru. Tools seperti WordPress, Blogger atau bahkan Geocities (jebakan umur untuk yang ingat ini) bisa dibilang sebagai no code juta. Tiga layanan tersebut mendemokratisasi pembuatan halaman web sejak era internet masih dial up.

Tetapi yang menarik, gelombang baru no-code tools ini membuka kemungkinan yang lebih luas karena fungsionalitas yang lebih kompleks dan skalabilitas yang lebih tinggi. Mulai bermunculan start-up dengan traction bisnis yang signifikan, dibuat sendiri dan tanpa koding.

LeadCookie adalah layanan lead generation untuk sales B2B. Dibangun menggunakan kombinasi tools Zapier dan Airtable. Run rate revenue per bulan mencapai 40 ribu dolar. Dijalankan oleh 1 orang.

Scribly adalah layanan content marketing yang dibangun menggunakan Webflow. Tiga puluh ribu dolar run rate dengan juga dibangun oleh single founder.

Belum ada yang sebesar unicorn memang. Tapi membangun startup teknologi, sendirian dengan skala ratusan ribu dolar hampir tidak mungkin dilakukan sepuluh tahun yang lalu.

Menurutku tools-tools no-code ideal untuk digunakan untuk 2 hal :

  • Rapid prototyping
  • Develop aplikasi sederhana tetapi public facing

Untuk MVP dan pilot, gue merasa boros resource (dan waktu) kalau harus develop app dan melibatkan tim engineering. Gue dan tim product di kantor biasanya menggunakan kombinasi Google Form dan Sheet. Setelah dapat validasi dalam bentuk traction, baru kita mulai sprint.

Setelah melihat Glide, sepertinya jika di fase pilot kita bisa menunjukkan bentuk akhir aplikasinya ke user, feedback UI / UX bisa kita dapatkan jauh lebih awal sebelum sprint pertama di mulai.

Untuk yang kedua, no code tools cocok untuk aplikasi CRUD tetapi terlihat professional kepada customer. Malu dong kalau lo menawarkan jasa bernilai jutaan tetapi registrasi menggunakan Google Form.

Sebagai contoh, penyedia layanan event Eventbrite memilih menggunakan Webflow untuk membuat microsite spesifik untuk festival-festival yang mereka handle. Lebih cost-efisien dibanding harus mengcustomize core website mereka one-off untuk setiap event.

Peluang demokratisasi software development yang dibuka gerakan no code ini akan membuat lanskap entpreneurship dan startup ke depan semakin menarik. Tetapi setelah mencoba beberapa, platform seperti ini memang lebih mudah tetapi tidak membuat develop aplikasi gampang juga.

You need to at least basic understanding on app and how database works.

Jadi untuk sementara, gue tetap menyarankan Derian untuk nongkrong di kampus-kampus informatika untuk cari co-founder.

Demikian edisi hari ini. Berikut referensi tambahan tentang tren platform no-code :

Terima kasih telah membaca artikel ini. Jika kamu menikmati tulisan ini dan ingin mendapatkan update tulisan terbaru, artikel / podcast / video youtube dan juga musik menarik yang aku rekomendasikan, sila subscribe email list dibawah.

Processing…
Success! You're on the list.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.