Banyak perbedaan antara dua semester perkuliahan Manchester dan pengalaman saya sebelumnya di dunia professional. Mulai dari proses belajar, ekspektasi dan deliverables, dibutuhkan beberapa penyesuaian sebelum akhirnya saya mendapat ritme kerja yang nyaman. Ditambah lagi sistem pendidikan yang jauh berbeda antara di Indonesia dan Inggris dan juga jurusan yang tidak linear dengan S1 sehingga pengalaman saya ketika sarjana tidak serta merta aplikatif di studi pasca-sarjana sekarang.
Didalam tulisan ini, saya menuliskan beberapa tips yang sangat membantu proses belajar S2 disini. Meminjam konsep retrospective Scrum, tips saya tuliskan setelah merefleksikan kesalahan dan berpikir apa yang seharusnya saya bisa lakukan untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Beberapa tips juga baru saya sadari setelah akhir semester 2 sehingga jika dilakukan lebih awal, hasil yang saya dapatkan bisa lebih maksimal. Harapan saya, semoga tulisan ini bisa membantu teman teman yang ingin berkuliah diluar agar cepat beradaptasi dengan proses belajar yang baru.
Model pembelajaran di jurusan saya Innovation Management and Entrepreneurship, sudah saya jelaskan sedikit di tulisan sebelumnya. Sila baca ini terlebih dahulu agar lebih mengerti konteks yang saya tulis disini.
Membaca, membaca dan menulis
Sistem pendidikan yang saya kenyam hingga sarjana tidak memaksa untuk banyak membaca dan menulis. Di jurusan S1 yang saya ambil dulu (Sistem Informasi ITS), mayoritas tugas berupa pemrograman sehingga bisa diselesaikan hanya dengan banyak mencoba dan melihat contoh kode. Jarang sekali saya membuka buku kuliah dan tidak diwajibkan juga membahas paper dari jurnal jurnal computer science.
Sementara disini, setiap sesi kuliah minimal harus ada 3 materi yang dibaca : 1 chapter buku, 1 paper dan 1 studi kasus. Ini diluar powerpoint presentasi dosen di kelas. Selain itu, rata rata tugas adalah essay dimana setiap argumen harus ditopang dengan sumber yang solid, entah itu paper, buku atau laporan ilmiah. Untuk menulis satu essay 2000 – 3000 kata, saya harus mencerna minimal 8 – 10 paper referensi.
Oleh karena itu, tips pertama adalah membiasakan untuk banyak membaca dan menulis. Obvious memang tapi jika tidak dibiasakan akan susah. Untuk membaca, saya hanya perlu penyesuaian sedikit membaca bacaan akademik. I love reading anyway. Menulis yang butuh sedikit usaha. Saya terbantu oleh tiga hal : blog ini yang membiasakan saya menulis sejak 2008, pengalaman di corporate strategy yang mengajarkan bagaimana membangun argumen yang baik dan juga proses persiapan IELTS dan college admission yang mengenalkan struktur essay yang ideal. Ini pun masih belum cukup karena essay akademis perdana saya mendapatkan nilai yang mengenaskan.
However its not rocket science, more often i do the task the more i get better. Membiasakan membaca dan menulis akademis dari awal akan membantu mempercepat proses adaptasi. Semakin cepat beradaptasi semakin cepat pula peluang untuk berprestasi.
Beberapa referensi tentang academic reading and writing :
Mengerti dan hindari plagiarisme
Plagiat adalah dosa kardinal di sistem akademik UK. Di awal semester, semua mahasiswa diberi penyuluhan tentang apa itu plagiarisme dan bagaimana menghindarinya. Jika terbukti melakukan dengan sengaja, sanksinya sangat berat. Sehingga vital sekali untuk mengerti apa saja yang termasuk plagiarisme dan bagaimana untuk tidak terjebak melakukannya.
Beberapa hal yang termasuk academic plagiarism :
- Menulis kembali materi referensi secara verbatim (identik kata-perkata)
- Mengutip materi tanpa memberikan referensi
- Paraphrasing tanpa memberikan referensi
- Kolusi : mengerjakan tugas individu secara bersama sama
- Mereferensikan dengan tidak benar
- Mengirimkan pekerjaan orang lain
- Memakai kembali karya yang sudah di kirim sebelumnya
Di Manchester dan banyak universitas lain, tugas dikirim melalui platform Turnitin yang akan melakukan cek plagiarisme. Sehingga benar benar perhatikan ini ketika mengerjakan tugas. Apalagi di awal ketika belum familiar dengan definisi plagiarisme. Rawan sekali terjebak terutama saat berniat mereferensi tetapi dilakukan dengan cara yang kurang tepat.
Tips untuk menghindari plagiarisme dari saya ada tiga :
- Mengerti : Baca materi referensi dengan seksama dan pastikan untuk mengerti terlebih dahulu sebelum mereferensi
- Modifikasi : Tutup materi asli kemudian, tulis kembali teori atau ide dengan hanya mengingat apa yang ada di kepala. Setelah selesai, cek dengan materi asal agar esensi tetap sama.
- Referensi : Pastikan menulis referensi dengan format yang tepat. Saya pribadi menggunakan format Harvard.
Referensi bagus tentang menghindari plagiarism :
Membaca paper akademik dengan efektif
Even though i enjoy reading, academic paper is a different kind of a beast. Ketika kuliah di ITS dulu, membaca paper IEEE membuat frustasi sekali. Salah satu alasan saya memilih untuk mengambil tugas akhir E-Business pada saat itu karena bidang minat tersebut tidak mewajibkan pembahasan paper. Namun ketika disini, saya menikmati sekali membaca artikel dari jurnal studi inovasi seperti Research Policy, Technovation atau Small Business Economics. Sepertinya paper ilmu manajemen lebih ramah bagi saya dibandingkan teknik.
Dua referensi dari Elsevier dan ScienceMag ini cukup membantu untuk mencerna paper akademik dengan cepat.
Yang pertama perlu dipahami adalah format penulisan paper secara umum : Abstract, Introduction, Methodologies, Results, Discussion. Abstrak adalah ringkasan keseluruhan paper. Introduction biasanya berisi konteks, sejarah dan pertanyaan apa yang coba dijawab oleh si penulis paper. Methodologies berisi bagaimana metode riset untuk menjawab pertanyaan tersebut. Result berisi hasil penelitian dan Discussion berisi diskusi hasil penelitian, keterbatasan hasil yang dicapai, kesimpulan penulis dan saran untuk penelitian berikutnya. Dengan memahami format, kita bisa meraba informasi apa yang akan didapat dengan membaca masing masing bagian.

Yang kedua adalah strategi membaca. Membaca dengan paper dari awal hingga akhir bisa sangat melelahkan dan memakan waktu. Apalagi jika kita perlu membaca banyak paper sekaligus. Saya pribadi memulai dengan membaca abstrak, kemudian melihat bagan atau data yang disajikan lalu skip ke kesimpulan. Dengan begitu, saya bisa mendapatkan garis besar paper dan menentukan apakah paper ini relevan / menarik / berguna. Jika iya, maka baru saya baca dengan seksama dari awal sampai akhir.
Salah satu dosen di kampus menyarankan mahasiswa untuk secepatnya membaca 20-30 paper. Karena setelah membaca sebanyak itu, kita akan bisa melihat pola dan intuisi bagaimana mengekstrak informasi dengan cepat akan terbangun dengan sendirinya.
Berkenalan dengan Scopus, Google Scholar dan Web of Science
Setelah paham strategi membaca, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mencari paper atau materi ilmiah lainnya sebagai bahan referensi. Yang biasanya dipakai adalah Google Scholar, Scopus atau Web of Science (WOS). Saya pribadi lebih suka menggunakan Scopus dibanding yang lain. Tidak terlalu susah sebenarnya, hanya perlu membiasakan dengan menu pencarian dan penggunaan operator (AND, OR).
Sebagai perkenalan, video tutorial Scopus dibawah saya rekomendasikan untuk ditonton. :
Frank Boons, dosen Research Methods saya di kampus mengajarkan langkah sistematis untuk melakukan pencarian di scopus :
- Tentukan tujuan pencarian terlebih dahulu : apakah ingin mencari sebuah teori atau konsep, mencari pembuktian sebuah teori atau aplikasi teori secara empiris (studi kasus).
- Sebagai awalan, gunakan kata kunci yang paling umum dengan melimit di area keilmuan yang dituju. Sebagai contoh, saya ingin mencari teori tentang pengembangan product maka sebagai awal saya gunakan kata kunci “product” “development” di area business and management science.
- Hasil yang muncul biasanya akan sangat banyak. Sort berdasarkan jumlah referensi terlebih dahulu karena semakin banyak di sitasi, nilai ilmiahnya semakin tinggi.
- Baca singkat (skim) beberapa paper di top 10 – 20 dan lihat mana yang sekiranya relevan. Jika ada yang relevan, ulangi kembali pencarian dengan menambah kata kunci yang didapatkan dari paper yang baru saja dibaca.
- Ulangi langkah 3 dan 4 hingga hasil pencari menjadi makin tajam dan mengerucut.
Catat ketika membaca buku atau paper
Ini tips yang saya dapat dari teman sekaligus rekan almamater, Gatya Pratiniyata, sebelum memulai tahun ajaran baru kemarin. Gatya menyarankan untuk selalu mencatat ketika membaca paper atau buku supaya mudah untuk dicari kembali jika ingin digunakan di essay atau tugas lain. I follow this tips religiously and it works great so far. Saya mencoba mencatat semua ringkasan dan framework yang saya temukan di paper

Untuk mencatat saya menggunakan Microsoft OneNote. Dengan ini, semua catatan otomatis tersinkronisasi ke cloud. Pengaturan catatan menggunakan tab juga cocok untuk workflow saya. Fungsi pencariannya juga bagus dan cepat. Akan tetapi, OneNote jelek sekali aplikasi Androidnya. Jika ingin membaca dan menulis dengan seamless antar device sebaiknya menggunakan Evernote atau Google Keep.
Baca materi sebelum masuk kelas
Ini adalah tips paling mudah dengan return paling besar : baca materi sebelum masuk kelas, minimal di malam sebelumnya. Semakin kompleks materi sebaiknya semakin awal juga kita meluangkan waktu untuk belajar. Dengan begitu, sebagian materi sudah ada di kepala ketika dosen menjelaskan sehingga beban untuk mencerna menjadi lebih ringan . Waktu di kelas juga bisa dimaksimalkan untuk bertanya, berdiskusi dan mengkonfirmasi pemahaman.

Untuk membantu belajar, saya biasanya membuat poin poin penting dari materi di OneNote. Ketika ada bagian yang sulit, saya tulis pertanyaan dengan highlight merah. Di kelas, saya go through catatan dari poin ke poin, mencatat jawaban pertanyaan sekaligus merevisi jika ada pemahaman yang salah.
Tulis tangan materi kuliah untuk persiapan ujian
Di jurusan yang saya ambil, semua ujian adalah ujian tulis. Buat sayaini masalah, karena tulisan tangan berantakan dan selama bekerja jarang sekali menulis. Untuk ini, tidak ada cara lain selain berlatih dan membiasakan kembali menulis tangan. Sebari membaca kembali materi materi kuliah, saya menulis ringkasan materi, framework dan konsep konsep di buku catatan. Selain melemaskan tangan, menulis ringkasan juga efektif menghafal materi. Berdasarkan riset Asosiasi Psikolog US, menulis dengan tangan membantu proses mengingat dan meningkatkan kualitas belajar.
Gunakan Everything untuk mencari file dengan cepat
Dalam urusan pengaturan file di komputer, ada dua macam orang di dunia ini. Orang yang mengatur berkas secara teratur di folder dengan aturan penamaan yang jelas dan satu lagi, yang tidak terlalu peduli tentang hal itu sehingga file berceceran dimana mana. Saya termasuk yang terakhir hence i cannot work properly without Everything.

Everything adalah tools pencarian file di Windows, bisa diunduh secara gratis di tautan berikut. Everything melakukan pencarian instantly as we typed. Sehingga asal file diberi nama dengan jelas, kita hanya perlu mengetik kata kunci tanpa perlu pusing mengingat dimana file berada.
Bekerja di folder yang tersinkronisasi dengan cloud storage
This is absolutely essential. Install aplikasi cloud storage (Google Drive, Dropbox, OneDrive) di desktop dan taruh semua pekerjaan penting di folder tersebut. Semua perubahan akan otomatis tersinskronisasi sehingga jika amit amit sesuatu terjadi pada laptop, tinggal unduh kembali via web. Very simple, very essential but somehow i baffled why not everybody doing this. Beberapa teman menggunakan Google Drive sebagai tempat penyimpanan di web tetapi tidak mendownloadnya di PC/Laptop dan menggunakan folder yang tersinkronisasi untuk bekerja. Untuk keselamatan dan kesehatan mental, do yourself a favor and start putting all your files in synchronized folder. Sebuah langkah kecil untuk mencegah bencana yang lebih besar (e.g file disertasi hilang karena laptop crash).
Minimal 8 jam dalam sehari
Tips ini saya baca di reddit dan sangat mengena di saya yang melanjutkan sekolah di usia yang tidak lagi muda. Perlakukan belajar seperti bekerja : minimal 8 jam sehari, 5 hari seminggu. Karena jadwal kuliah tidak setiap hari, akan sangat mudah untuk menganggap hari jeda sebagai hari libur. Padahal kalau dihitung hitung, jumlah hari libur lebih banyak daripada hari kuliah. Agar produktif, saya mencoba untuk menggunakan 8 jam untuk belajar, membaca materi dan mengerjakan tugas.
Tentu saja, ini lebih mudah di ucapkan daripada dilakukan. But having this thought as a mindset, really helps me to atleast aware when im slacking around.
Demikian beberapa tips, yang ternyata tidak terlalu singkat ini, untuk beradaptasi dengan proses belajar studi postgraduate di Inggris. Beberapa hal ini sangat membantu untuk saya dan semoga ini juga berguna untuk siapapun yang membaca.