Ketika kuliah di ITS dulu, awal semester selalu dimulai dengan sesi perwalian. Di sesi ini dosen wali memberikan masukan performa akademik semester sebelumnya dan juga diskusi tentang mata kuliah apa saja yang akan diambil semester ini. Jika mendapat dosen wali yang cukup asik, mahasiswa juga memanfaatkan sesi ini untuk curhat, berkeluh kesah atau bahkan meminta nasihat baik itu berkaitan dengan kuliah maupun hal pribadi. Saya termasuk yang mendapat keberuntungan ini. Ibu Mahendrawati, dosen wali saya, tidak saja memperhatikan performa akademik mahasiswanya tetapi juga peduli dengan masalah masalah kami dan tidak jarang memberikan saran dan nasihat yang mengena sekali.
Di suatu semester, saya mendapat nilai C di mata kuliah Aljabar Linier. Mata kuliah berisi rumus dan persamaan matematis yang tidak saya nikmati sama sekali. Sebenarnya ini bukan masalah besar karena mata kuliah lain nilainya cukup bagus sehingga tidak berdampak terhadap penurunan IPK keseluruhan. Tetapi Bu Mahe membahas ini cukup intens. Beliau bertanya kenapa mata kuliah pemrograman mendapat nilai yang bagus namun sebaliknya nilai mata kuliah analitis dan matematis terjun bebas.
Jawaban saya sederhana : mata kuliah tersebut bukan minat saya sehingga saya tidak terlalu peduli dengan mata kuliah tersebut. Bu Mahe kemudian memberikan saran yang kurang lebih terdengar seperti ini.
Tentu saja nilaimu jelek, kamu tidak mengerahkan usaha disitu. Sudah coba untuk berusaha ? siapa tahu kamu bisa. Lagipula kalau hanya fokus di bidang yang kamu suka saja, bisa bisa tidak berkembang.
Saat mendengar itu, sejujurnya kalimat itu tidak terlalu mengena. Tetapi melihat kembali ke belakang dan merefleksikannya kembali ke perjalanan hidup saya hari ini, her advice was spot on. Momen momen menarik terjadi ketika saya, baik sengaja ataupun tidak sengaja, keluar dan mengerahkan usaha untuk hal yang awalnya tidak saya minati.
Ketika dulu menempati posisi sebagai senior engineer, saya pikir bahwa IT dan teknik adalah hidup saya. I was good at those stuff, it was my passion and i thought im going to do this for a long time. Tapi nasib berkata lain, saya dipindah ke Corporate Strategy. Pada awalnya memang susah dan tidak nyaman, tapi dengan mencoba mengerahkan usaha disitu it turns out to be great. Saya tidak menyangka sebelumnya bahwa strategy, business model, corporate finance, investment dan product development menjadi bidang yang saya kuasai dan minati.
Saran bu mahe kembali mengena ketika saya memutuskan untuk berhenti berhenti bekerja sejenak dan mengambil beasiswa master. Karir lumayan dengan gaji dan manfaat yang bagus ditambah saya baru saja mempunyai anak dan istri yang juga baru saja di promosi. Meninggalkan semua itu ditambah dengan menghadapi segala ketidakpastian tentu saja susah, menakutkan dan tidak nyaman. But hey, with enough effort and perserverance, my time here with Ghazi and Sari turns out to be great so far.
Di salah satu buku Malcolm Gladwell (saya lupa yang mana), ada sebuah percobaan dimana beberapa orang secara random ditantang menyelesaikan soal matematika advance dengan imbalan hadiah uang. Sebagian besar responden tidak pernah mengenyam bangku kuliah dan mereka diberikan waktu sebanyak mungkin. Yang mengejutkan, ada sedikit orang yang berhasil. Bagaimana mereka melakukannya ? mencoba-coba terus, membuat kesalahan sebanyak mungkin dan menyesuaikan solusi berdasarkan koreksi yang di dapat dari kegagalan sebelumnya. Proses ini menghabiskan waktu hingga 5-6 jam. Mayoritas responden sudah menyerah bahkan sebelum 1 jam berakhir.
Gladwell menyimpulkan with enough effort and perserverance, even complex math problems are solvable by ordinary people. Tentunya ini akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Jangan jangan rasa minat dan nyaman terjadi karena bidang tersebut memang sudah saya kuasai. Keengganan untuk keluar dari kotak minat ini jangan jangan adalah rasa takut gagal dan salah. Tembok besar yang menghalangi perkembangan personal saya. Padahal kalau mengerahkan usaha dan waktu disitu bisa jadi saya menguasai bidang tersebut dan membuka jalan ke arah yang lebih bagus.
Selamat ulang tahun Bu Mahe. Terima kasih telah menjadi partner diskusi saya dan banyak mahasiswa-i ketika kuliah dulu. Semoga ibu sekeluarga tetap sehat dan terus menginspirasi banyak mahasiswa-i di kampus untuk keluar dan terbang jauh dari apa yang mereka kira adalah batasan mereka sendiri.
Terinspirasi dari posting Ariesty yang juga sesama anak wali Bu Mahe. Walaupun tentu saja angkatannya, ehm, berbeda jauh.
Reblogged this on The M Ways and commented:
I am so touched and humbled to read Kiki Ahmadi’s Post…
Kiki was one of the first batch of students who was assigned to me. I can see how far he has grown, from a bright, enthusiastic student with a knack in programming into a professional, and now an articulate and visionary master student as well as a husband and father.
It is such a privilege and one of the most rewarding thing that I can get from my profession to witness the transformation from a young student into a wise MAN. May there will be many more years for me to witness you continue to thrive Kiki!