Perjalanan Beasiswa : Timeline (Part 1)

Sampai saat ini, saya masih sulit percaya beberapa hari kedepan kami sekeluarga harus meninggalkan rumah untuk pindah ke negeri jauh. Berkat beasiswa LPDP, saya diberi kesempatan untuk mengambil magister Innovation Management and Entrepreneurship di The University of Manchester.

img1

Selain hasil yang tentunya menggembirakan, banyak pembelajaran yang saya dapat dari proses pencarian beasiswa ini. Beberapa hal akan saya share di seri tulisan #perjalananBeasiswa di blog ini.

Mari kita mulai dari yang pertama yaitu pengaturan waktu / timeline.

Persiapkan dari jauh jauh hari

Proses beasiswa dari awal niat hingga menjelang keberangkatan saat ini menghabiskan waktu sekitar 12 bulan. Lama memang tapi ada beberapa faktor kenapa sangat penting untuk menyiapkan waktu yang panjang.

  1. Mengantisipasi kesibukan di kantor :  Saya mengerjakan segala macam persiapan di sela sela waktu kerja. Ketika pekerjaan sedang hectic tentunya proses ini akan terhenti sejenak.
  2. Saya baru saja menikah : Pindah ke kontrakan,  mengisi rumah dan penyesuaian dari hidup sendiri menjadi berdua. Ditambah lagi beberapa minggu setelah saya berkomitmen mengejar beasiswa, dokter kandungan memberi kabar bahwa di perut istri ternyata sudah ada Ghazi.
  3. Kampus di luar kota : Banyak proses administrasi yang membutuhkan saya untuk kembali ke kampus ITS di Surabaya. Tentunya ini butuh waktu dan juga cuti.
  4. Mematangkan essay ternyata tidak mudah : Yang paling penting dari aplikasi pendaftaran universitas dan kampus adalah essay. Saya ingin memastikan bahwa setiap essay yang akan dikirim benar benar solid. Ini berarti menulis berulang ulang lalu mengirim draft ke banyak orang untuk dikoreksi dan direvisi.

Panduan persiapan grad school dari Idealist.org juga menyarankan untuk melakukan persiapan setidaknya 12 bulan sebelum target mulai kuliah mengingat banyaknya langkah yang harus dilakukan.

Lalu apa saja yang harus dipersiapkan dan bagaimana pengaturan waktunya ? Berikut timeline saya dari mulai persiapan hingga lolos seleksi akhir beasiswa LPDP.

Timeline Perjalanan Beasiswa

Riset, Perencanaan dan Persiapan

Dari awal, saya menyadari bahwa akan ada konsekuensi dari keputusan saya mengejar beasiswa untuk S2. Jika berhasil, saya harus meninggalkan pekerjaan sekarang dan semua benefit yang lekat didalamnya. Resiko yang cukup besar mengingat ada istri dan anak yang harus saya tanggung.

Oleh karena itu langkah pertama dan sangat krusial adalah bertanya kepada diri sendiri : Do i really want to do this ? why? . Motivasi yang jelas di awal menjadi krusial karena di tengah proses pasti akan ada saja hambatan dan godaan. Terlalu asik bermain game online misalnya.

Setelah niat dan motivasi sudah diluruskan, langkah selanjutnya adalah menentukan kampus dan jurusan magister yang ingin dikejar. Mulai dari situs panduan universitas seperti TopUniversities atau Complete University Guide (UK). Kemudian cari tahu lebih lanjut dengan membaca prospektus dari jurusan yang diminati.

Untuk memudahkan, Saya mempertimbangkan beberapa kriteria untuk mengerucutkan pilihan jurusan dan universitas.

  • Menarik! : Menjalani kuliah s2 di luar negeri tentunya tidak mudah. Untuk itu jurusan yang saya ambil harus menarik, menantang dan memancing antusiasme sedari awal ketika membaca prospektus. Asumsinya, semakin besar passion tentunya akan mendorong seberapa keras usaha ketika kuliah nanti.
  • Mendukung aspirasi jangka panjang : Kurikulum, profil dosen dan profil lulusan harus mendukung apa yang ingin saya capai setelah lulus kuliah.
  • Kesesuaian dengan karir selama ini : Perkuliahan S2 nanti tentunya menuntut untuk banyak menulis paper dan berdiskusi didalam kelas. Relevansi jurusan dengan karir penting agar saya dapat mereferensikan pengalaman profesional kedalam tugas tugas kuliah
  • Reputasi kampus yang bagus : Mumpung kuliah di luar negeri, sekalian saja kejar kampus dengan ranking internasional yang bagus. Bagi saya, paling tidak 50 besar universitas terbaik di dunia. Ini untuk memaksimalkan kualitas pendidikan, reputasi dan juga koneksi yang saya dapat ketika lulus nanti.

Untuk detail kriteria, bisa dibaca lebih dalam di artikel LiveCareer berikut.

Setelah mendapat 2-3 target program S2 yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah menentukan program beasiswa apa saja yang akan di kejar. Ini akan menentukan timeline ke depan karena deadline dan dokumen yang disyaratkan akan berbeda beda untuk masing masing beasiswa. Prioritas pertama saya pada waktu itu adalah LPDP karena beasiswa ini menyediakan tanggungan keluarga selama studi. Lalu pilihan selanjutnya adalah Chevening karena tujuan universitas saya pada waktu semua berada di Inggris.

Cari tahu informasi beasiswa yang ingin dikejar sekomprehensif mungkin lalu tulis deadline dan persyaratan dokumen sebagai milestone untuk proses pencarian beasiswa. Informasi daftar beasiswa pascasarjana dari berbagai negara bisa dilihat di sini.

Persiapkan semua dokumen pribadi

Tips dari saya agar proses mengejar beasiswa tidak hanya sekedar wacana adalah melakukan langkah kongkrit mulai dari yang paling mudah.

Yang pertama adalah paspor. Kemanapun tujuan kuliah dan beasiswanya, pastinya paspor akan dibutuhkan. Imigirasi online sudah sangat memudahkan proses pembuatan dan perpanjangan paspor. Di kantor imigrasi Jakarta Selatan, saya sekeluarga hanya sekali datang ke lokasi dan paspor dikirim lewat pos kilat ke rumah tiga hari kemudian. Jadi pastikan untuk mengurus paspor terlebih dahulu.

Selanjutnya adalah ijazah dan transkrip bahasa inggris. Dari almamater saya (ITS), transkrip sudah dua bahasa namun ijasah hanya berbahasa Indonesia. Sehingga saya kembali ke kampus untuk mengurus ijasah bahasa inggris.

Yang ketiga adalah meminta surat referensi. Mayoritas kampus mensyaratkan calon mahasiswa untuk menyediakan referensi dari atasan di kantor dan dosen di kampus. Minta ini dari jauh jauh hari untuk mengantisipasi kesibukan baik atasan maupun dosen yang dituju.Temui secara langsung, selain membangun hubungan baik kita juga bisa meminta saran atau bahkan mengoreksi draft essay.

Beberapa kampus mempunyai format surat referensi yang berbeda-beda. Ada juga universitas yang hanya meminta email pemberi referensi dan pihak kampus yang akan bertanya kepada referee. Inilah pentingnya hubungan baik dengan pemberi referensi karena besar kemungkinan kita akan meminta tolong berkali-kali.

Selain tiga diatas, siapkan juga semua dokumen pendukung seperti akta lahir dan KTP. Scan semua dokumen dan simpan di cloud storage seperti Dropbox atau OneDrive supaya mudah dicari dan menimalisir resiko file hilang.

Bersambung ke bagian 2 dari seri tulisan #perjalananBeasiswa

Terima kasih telah membaca. Jika kamu menikmati tulisan ini dan ingin mendapatkan update tentang tulisan terbaru via email, sila isi form dibawah.

Processing…
Success! You're on the list.

15 thoughts on “Perjalanan Beasiswa : Timeline (Part 1)

      1. Sudah om.. lagi mampir rumah kakak di Bogor. Cuma aku blm graduated krn kmrn lg hamil ndak bs nyelesein thesis. Tp courses nya udah selese semua. Klo ada rejeki balik lagi ke korea buat thesis defense.

        Semoga om sm keluarga dilancarkan semuanya ya. Jangan lupa pulang ke Indo. 😂😂😂

  1. mas bro..mw nanya.. itu beneran yak Klo LPDP bisa untuk sekeluarga pindah??? Karena kebetulan nasib hampir sama udh berkeluarga anak 1. Pengen Coba untuk yg 2017 ati 2018 ni LPDP nya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.