Mungkin sedikit yang mengenal kota kecil di Kamboja utara ini, aku juga ketika pertama kali mendengarnya. Yang lebih familiar adalah tempat Lara Croft beraksi di Tomb Raider, Angkor Wat. Yap, kompleks candi terbesar di dunia ini berada di kota Siem Reap dan juga alasan utama ribuan turis yang datang ke kota ini setiap tahun. Diluar kompleks Angkor, siem reap adalah kota kecil yang sepi dan menawarkan keramahan penduduk etnis Khmer.
Aku tidak akan membahas tentang kompleks angkor wat untuk alasan yang cukup jelas, terlalu masif untuk dicover dalam satu artikel. Akan aku ceritakan di artikel terpisah, sementara itu mari kita nikmati uniknya kota Siem Reap yang tertutupi oleh megahnya Angkor Wat.

Sama halnya dengan Bandung, Phuket dan beberapa kota di Asia Tenggara lainnya, kota kecil juga mengalami “AirAsia effect“. Thanks to them, Siem Reap dapat dicapai setiap hari dari Jakarta dengan penerbangan low cost yang mendarat di Siem Reap International Airport.
Atmosfir liburan sudah terasa ketika mendarat dan berjalan di tarmac Siem Reap International Airport. Suasana sepi dan udara yang masih segar, terlebih lagi arsitektur interior di airport ini dibuat seperti resort dan hotel berbintang. Suasana seakan dibuat untuk mengkondisikan kita mulai membuang masalah di kantor dan membayangkan hal menyenangkan yang akan dialami di kota ini.

Motodop dan Tuk Tuk
Tidak ada transportasi publik seperti bis atau angkot di Siem Reap. Tidak terlalu masalah sebenarnya karena kota ini kecil dan terpusat. Pilihan transportasi pertama untuk berkeliling Siem Reap adalah bersepeda. Di hotel dan guesthouse biasanya terdapat rental sepeda dengan harga 1-2 USD.
Jika ingin berkeliling lebih jauh didalam kota, motodop dan tuk tuk adalah dua moda transportasi yang bisa dipertimbangkan. Motodop adalah versi Kamboja dari ojek alias abang abang bermotor yang menawarkan jasa berboncengan. Sedikit surprised juga bahwa moda transportasi ini ternyata tidak ekslusif hanya ada di Indonesia saja. Nah yang khas dari kamboja sendiri adalah Tuk Tuk.

Tuk Tuk di Kamboja secara simpel bisa dideskripiskan sebagai ojek on steroids atau hasil perkawinan ajaib antara ojek dengan dokar. Bayangkan sebuah dokar di Indonesia, nah sekarang ganti kuda didepan dengan motor bebek jadilah sebuah tuk tuk. Moda transportasi ini bisa dinaiki sampai 4 orang dan cocok untuk disewa sehari penuh untuk berkeliling Angkor Wat (sekitar 6 US dolar per tuk tuk).
Night Market dan Pub Street
Tidak banyak jejak kapitalisme di kota siem reap. Mobil jarang terlihat, tidak ada mall dan obviously tidak ada McDonalds. Setelah seharian disuguhi dengan suasana bersejarah, jika ingin sedikit kembali ke urban dan menikmati kenikmatan duniawi ada dua tempat disini yang aku rekomendasikan yaitu Night Market dan Pub Street. Eits, definisi dari kenikmatan duniawi ini nongkrong dan belanja ya! selebihnya tidak dicover disini, google yourself man! *evilgrin.

Night Market adalah pasar yang buka di malam hari ekuivalen dengan pasar malam. Okay, pernyataan itu kurang menjelaskan sesuatu. Berada tidak jauh dari Taphul Road yang penuh dengan backpacker hotel, pasar ini menjual berbagai macam souvenir khas Kamboja. Tenang, ini bukan pasar basah sehingga kebersihan dan suasananya terjaga. Didalamnya terdapat bar dan tempat nongkrong lain yang cukup cozy. Karena ini adalah pasar, persiapkan skill tawar menawar kamu.
Fakta menarik : Cambodians kurang fight tawar menawar dan terkesan pasrah. Aku yang termasuk individual yang minim pengalaman bargaining dan gampang kasihan, bisa menurunkan harga dari 6 USD sampai ke 2 USD untuk 2 item. Saran untuk kamu yang level nawar teganya sama dengan ibu rumah tangga di Tanah Abang, please be considerate ya.

Berjalan sedikit dari night market terdapat Pub Street, jalan dimana kanan kirinya berdempetan pub, cafe dan bar. Jalan sempit dengan hingar bingar live music dan gemerlap lampu warna warni, sejenak aku berpikir ini adalah somewhere di Eropa. Mulai dari cafe santai dengan alunan saxophone jazzy sampai diskotik dengan lighting dangdut yang memutar house musik 90an ada disini.
Saran personal ku adalah mencoba makanan khas Siem Reap yaitu Amok. Makanan ini tidak bisa dijelaskan kecuali dengan tiga kata : Enak Aja Pokoknya.

Demikian review saya untuk Siem Reap. Sebagai penutup dari posting ini, berikut tips dan trik ala Kiki Ahmadi jika ingin travelling kesini :
- Kebanyakan penjual dan penduduk bisa Bahasa inggris walau minim.
- Visa on arrival di Siem Reap International Airport sebesar 20 USD. Jangan lupa membawa pasfoto ukuran pasport. Kalau tidak membawa akan didenda 1 USD.
- Walaupun mata uang resmi adalah Riel tetapi USD diterima luas disini. Nilai tukar 1 USD adalah stabil 4000 riel.
- Negosiasikan harga motodop dan tuk tuk didepan, harga wajar adalah setengah USD untuk motodop dan 1 USD perorang untuk tuk tuk kecuali di Bandara. Bandara Siem Reap menyediakan official tuk tuk dan motodop, jauh lebih murah daripada naik taksi.
- Smile!, orang khmer mostly ramah dan murah senyum.

Reference :
keren…traveling terus nih mas..hee
wah, keren2..
bandaranya ky’nya asik tuh, adem, kaya’ rumah kalau dari jauh.
waw.. keren ajahh.. mostly orang cuma angkor wat doang yang dibahas.. 😀 nemu deh lipsus nya siemreap..
VOA yang 20 USD sudah ilang kan yaa? *katanya*