Melaka Trip

Melaka, salah satu tujuan wisata Malaysia yang tak jauh dari Kuala Lumpur dan juga merupakan ibu kota dari negara bagian dengan nama yang sama. Pada tahun 2008, Melaka mendapatkan gelar sebagai salah satu dari world heritage site dari UNESCO karena didalamnya terdapat bangunan bangunan kuno sisa penjajahan Portugis (yang pastinya terlihat keren sebagai background profpic FB). Selain itu, Melaka terkenal juga dengan makanan  dan kebudayaan peranakan yang masih kental terlihat di sudut sudut kota. Heres my Melaka travel journal after i went there at Thaipusam holiday few weeks ago.

walking the street of Melaka

5 orang ikut dalam Melaka trip ini, Aku, my roommate Agung, Nadia, Jason dan Sheila. Yes, all of us are colleague and work in same building. Hari dimulai dengan Jason yang dengan kejam menelpon pagi pagi dan minta dijemput keatas karena dia sudah parkir di basement apartment where i lived. Sehari sebelumnya kami mengadakan house party disini, so aku sedikit amazed bagaimana Jason sudah dibawah sepagi ini. Anyway we go shortly after that using Jason’s car.

Menuju melaka dari KL, kami melewati North South Expressway dengan pemandangan daerah berbukit bukit di samping kanan kiri jalan. Jalan ini mengingatkanku dengan tol Cipularang yang kulewati hampir setiap minggu ketika masih kerja di Jakarta dulu. And now in this rainy afternoon, dimana beberapa saat yang lalu aku berbbm ria dengan seorang teman yang sedang di Cipularang, diriku jadi kangen dengan kota kembang dan segala kenangan didalamnya. Err oke, sebelum postingan ini semakin galau dan random mari kita lanjut ke destinasi pertama di Melaka.

Tol cipularang wannabe a.k.a North South Expressway

Jonker Street dan Old Malacca

Aku tertidur  dikursi depan didalam perjalanan yang memakan waktu sekitar 1,5 jam, dan ketika bangun yang kulihat adalah jalan sempit serta bangunan bangunan vintage ala jalan Braga Bandung. Dan ini lah Old Malacca, kompleks dengan jalan sempit, bangunan peninggalan kolonial dan banner banner berbahasa mandarin. Di sepanjang jalan banyak terdapat kedai makanan, toko souvenir,  factory outlet dan juga klenteng / kuil. Setelah berputar putar mencari tempat parkir, Jason yang notabene warga asli Melaka mengajak kami semua untuk berkeliling dan mencari makan di salah satu jalan terkenal di Malaka yaitu Jonker Street.

Jonker Street
disebuah sudut Jonker Street
Buddhist temple at jonker street

Jason merekomendasikan tempat makan yang menjual makanan Baba-Nyonya di sekitaran Jonker Street. Baba-Nyonya adalah sebutan untuk orang peranakan / campuran antara Melayu dan China. Di warung yang aku lupa namanya ini (ya iyalah, tulisannya aja gak bisa gue baca), dekorasinya sangat Tionghoa sekali. Kursi dan meja kayu yang biasa dijadikan senjata di film kungfu lawas, serta lagu lagu mandarin dengan suara wanita yang melengking meliuk liuk membuat suasana warung ini makin oriental. Tidak lama setelah diriku menikmati suasana di dalam warung ini, makanan pesananku datang. Aku memesan chicken Laksa dan Baba Cendol, check below picture and let saliva flow down your mouth.

Chicken Laksa and Asam Laksa
Baba Cendol

Chicken laksa berasa seperti opor ayam with a spice twist, taste very nice. Sayangnya laksa ini memakai mihun, yang aku tidak suka sehingga terpaksa tidak kuhabiskan. Selanjutnya adalah Baba Cendol, dari tampilan awal sama sekali tidak seperti es cendol yang aku kenal lebih mirip es campur bahkan karena bahan dasarnya adalah es serut. Jika es campur disiram dengan susu kental manis, Baba cendol ini disiram menggunakan gula Melaka yang terbuat dari kelapa dan terdapat sedikit rasa pahit. Selesai memanjakan perut, kita beranjak menuju destinasi selanjutnya dari melaka trip yaitu kompleks rumah merah atau biasa disebut juga Dutch Square.

Rumah Merah

Tidak jauh dari sekitaran jonker street terdapat kompleks rumah merah yang merupakan bangunan kuno peninggalan jaman kolonial portugis and guess what, semuanya berwarna merah (very obvious). Terdapat taman dan air mancur tepat didepan kompleks bangunan merah tersebut, beberapa vendor souvenir dan abang abang yang menaiki becak yang dihias heboh berwarna warni.  When i mention about good background for FB profpic, that refer to this place. Beberapa landmark di kompleks rumah merah ini terdapat gereja St Paul yang dibangun oleh kolonis Portugis,sebuah menara jam dan gedung Stadthuys yang dulunya merupakan bekas rumah dinas gubernur.

i told you, it look good on profpic
Taman rumah merah dari atas
Clock Tower

Setelah dari rumah merah, kami beranjak menuju benteng AFamosa di kompleks Dataran Pahlawan. Yang menarik adalah, situs historis tersebut berada tepat dibelakang Dataran Pahlawan Megamall. Ketika dibawa Jason ke sana pun , saya sempat protes kenapa jauh jauh kesini kita cuman nongkrong di mall hehe. Benteng A Famosa ini tidak seberapa spesial, karena di Indonesia sendiri banyak terdapat benteng benteng yang ditinggalkan belanda seperti kompleks benteng Rotterdam di Makassar atau Vredeburg di Jogja. Setelah foto foto sebentar, kami beranjak menuju rumah Jason untuk beristirahat dan makan.

Setelah nongkrong asoy dari sore sampai gelap malam di Jason’s crib di daerah perumahan di Malaka (mewah if i may add, damn you Jason), perjalanan dilanjutkan dengan mencoba salah satu tempat makan terkenal di kalangan turis dan backpacker. Tempat yang dimaksud adalah Pak Putra Tandoori and Nan Restaurant, namanya sedikit oksimoron karena Pak Putra sounds like orang jawa asli  diikuti dengan Tandoori which is correlated traditional Indian foods. Di resto pak putra, yang sebenarnya lebih mirip warung karena kebanyakan meja kursinya berada di luar, terisi penuh dengan wajah wajah bule dan beberapa orang lokal. Hal ini semakin membuat penasaran, apa yang membuat warung sederhana ini very famous (thats what Jason said to me). Diriku memesan cheese nan, bombay chicken dan malt (minuman bersoda non-alkohol seperti green sands). Setelah memasukkan cheese nan yang dicelup ke Bombay chicken, saya kiki ahmadi menyatakan secara ofisial bahwa ini adalah makanan India terbaik yang pernah saya rasakan sampai saat tulisan ini ditulis. Rempah di bombay chicken ini terasa meledak di mulut, pas banget dengan cheese nan yang gurih. Iseng aku perhatikan dari logat pelayannya, mereka berbicara memakai bahasa Hindi (if you watch major Bolywood movies, that is hindi). Orang keturunan India di Malaysia berbicara memakai bahasa Tamil (spoken in Sri Lanka and south part of India ), jadi aku menduga pak Putra ini imigran asli india which makes his foods authentic Indian foods, pantes enak (logika simple).

Setelah cabut dari Pak Putra, berakhir pula Melaka trip kali ini karena selanjutnya adalah melewati kembali jalan tol North South Expressway all the way to Kuala Lumpur. What an awesome trip and i personally thanks my bro Jason Siow Jun Jian for his guiding, transport and wake up call haha.

See you in the next trip everyone.

Nadia, Sheila, me and Agung

 

3 thoughts on “Melaka Trip

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.