Menikmati JakCloth 2013

Pagelaran distro & clothing, dipenuhi lautan anak muda  beserta delapan panggung musik yang menghentak nonstop. Minggu kemarin adalah JakCloth pertamaku dan setelah sebelumnya tidak berekspektasi terlalu tinggi, it was actually quite fun. Tidak berniat belanja memang, datang hanya ingin menikmati suasana live dari  Angger Dimas & Massive Kontrol tapi ternyata ada yang lebih menarik di stage lain.

JakCloth2013
JakCloth2013

 

Walaupun bukan festival musik per se, JakCloth menurutku potensial untuk disandingkan dengan  musik besar seperti Soundrenaline atau JavaRockinland. Ada 8 panggung musik diisi puluhan musisi  beragam genre (mayoritas  indie rock, skate punk dan metalcore) padahal tujuan utama  orang datang adalah banting harga clothing items dari distro seperti Macbeth. Jika venuenya lebih bagus seperti Eco Park ancol mungkin JakCloth bisa ditahbiskan sebagai inkarnasi Warped Tour di Indonesia. Tapi in all fairness, dengan harga tiket hanya 20 ribu JakCloth sudah menawarkan music festival experience yang seru.

Oke, berikut laporan pandangan mata kemarin. Aku datang hari Sabtu malam.

Basekampf Stage

Sebenarnya ini tujuan utama datang ke JakCloth. Tapi sayang , kualitas suara di panggung ini jelek sekali. Dentuman basslines complextro racikan Angger Dimas terdengar seperti mp3 128 Kbps yang diputar di radio tua. Jangankan berlompatan, angguk kepala saja berat kalau dengan ambience seperti ini. Berat hati, stage ini kutinggalkan untuk mencari keseruan yang lain.

Crooz Stage – A Ghost Of Flare

A Ghost Of Flare
A Ghost Of Flare

 

This is where i start having fun. Setelah berputar putar , 5 orang berwajah oriental diatas panggung yang sedang menggeber musik metalcore menarik perhatianku. Mereka adalah A Ghost Of Flare (AGOF) asal Jepang. Metalcore cadas dengan drum beat sinkopatik ala Bring Me The Horizon. Yang unik, dandanan mereka lebih terlihat seperti pegawai kantoran SCBD daripada personel band metal.

Puluhan orang didepan panggung Crooz Stage sepertinya juga sependapat, walaupun aku yakin mayoritas crowd belum pernah mendengar AGOF sebelumnya.

Singkatnya, i was moshing my ass off. Tak sadar umur dan berjibaku di tengah wall of death berisi ababil metalheads yang liar melepas stress setelah UAS. Terakhir kali aku moshing setotal kemarin mungkin dua tahun lalu di konser Deftones live in KL. AGOF was the shit!.

Check out this live footage of A Ghost of Flare performing Rain Named Desire, fuckin brutal!

Macbeth Stage – Electrofux & K9

K9 dan Electrofux
K9 dan Electrofux

 

Sudah jam setengah 11 ketika aku sampai di stage ini. Band bernama Easy Tiger menutup penampilan mereka dan MC mengumumkan yang tampil selanjutnya adalah duo DJ Electrofux & K9. Sama seperti sebelumnya, aku tidak berekspektasi apa apa disini apalagi stage macbeth pada saat itu lebih sepi dari kuburan karet. Dua orang bersiap siap diatas panggung diselingi sayup sayup suara musik dari panggung yang lain. Satu orang ceking bertopi sibuk menyambungkan kabel antara soundcard, macbook dan NanoKontrol (K9), sementara satu orang lagi menenteng midi controller Vestax VCI 300 dan Kaoss pad (Electrofux).

K9 memulai set dengan old skool dubstep. Aku tidak tau apa yang dimainkan tapi mungkin Goth-Trad atau track track klasik dari Digital Mystikz, Gelap dan ambient. Setelah 45 menit, Electrofux menaikkan tensi amplifier panggung melalui track track dubstep yang lebih agresif seperti Nero, Flux Pavillion dan tentu saja Skrillex. This is why its disastrous to play electronic especially hard dubstep music with shitty soundsystem. The only thing to enjoy about this kind of music is the face-melting-dirtier-than-your-unwashed-laundry bass drop, not the lyric nor anything else. Sound system yang jelek atau volume yang pelan menihilkan experience tersebut, ini yang terjadi di Basekampf stage.

Checkout Electrofux bass-heavy selection in his mixcloud page.  

Saya sangat menikmati set dari K9 dan Electrofux, 2 jam badan nonstop bergerak mengikuti ritme musik mereka. Tapi melihat kondisi didepan panggung, hanya sedikit yang sependapat denganku. Hanya ada dua orang yang berdiri dan bergoyang di saat K9 tampil. Terlalu asing mungkin untuk crowd festival, lebih cocok untuk  ruang bawah tanah gelap selayaknya event Boiler Room. Tapi setidaknya beat uplifting dan agresif dari Electrofux lebih banyak penggemar, 10-15 orang an berkumpul diatas panggung.

30 menit sesudah tengah malam, Electrofux mengakhiri setnya dengan lagu Chrisye – Anak Jalanan with no fucks given attitude. Berakhir pula pengalaman pertamaku menghadiri Jakcloth, basah berkeringat dengan hati gembira. Semua didapatkan hanya dengan 20 ribu, well 2 ribu ekstra untuk parkir motor di senayan.

 

 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.